Sabtu, 23 Juli 2011

It's Not an Ending

18072011

Senja ini aku menengadah kepadaMu seperti senja-senja yang lain. Memohon agar segalanya indah. Memohon agar aku tidak mengecewakan. Itulah doa yang hanya doa. Dan inilah cara indahMu untuk membuatku menyadari kesalahanku. Inilah cara terbaikMu untuk menjatuhkan aku agar aku belajar cara berdiri. Engkau memang Maha Adil Yaa Allah. Engkau memberiku kesempatan untuk tau artinya bangkit dan mengobati diriku sendiri sebelum aku membesarkan hati orang yang kucintai. Mohon ampunku padaMu Yaa Robb...

Mulai kini, hari-hariku tak seharusnya sama lagi. Dengan kehendakMu aku jatuh dan dengan kehendakMu pula aku bangkit. Seharusnya aku bersyukur padaMu, meskipun ini nilai mati. Tapi, apalah arti sebuah huruf? Meskipun itu berpengaruh pada keseluruhannya. Sejujurnya, dalam diri ini, Engkau Maha Tahu, bukanlah nilai kebanggaan sesungguhnya. Tapi ilmu. Dan inilah kemampuanku. Inilah yang mampu aku dapat. Seperti aku tidak memiliki kesempatan lagi. Tapi memang ya. Aku tidak mempunyai kesempatan lagi, tepatnya bukan kesempatan yang sama lagi. Melainkan kesempatan yang lain.

Menangis memang hal yang pertama kulakukan, bukan karena aku kecewa pada diriku sendiri. Aku hanya takut mengecewakan mereka yang mengharapkan lebih padaku. Namun ini bukan akhir. Ini hanya awal. Dan aku akan menjadi pencakar langit pada kesempatan yang lain. Mungkin ini caraNya memberiku hikmah untuk tau cara melompat lebih tinggi. Cara agar aku mengerti berharganya waktu. Cara agar aku mengerti bagaimana sakitnya berada di bawah. Cara agar aku benar-benar bisa bangun dari tidurku dan menata hidupku lagi.

Maafkan anakmu Ayah...
Maafkan anakmu Ibu...
Ini hasil yang buruk, aku tahu...
Ayah, Ibu sudah berbuat yang terbaik untukku, aku malu...
Hanya untuk memberikan huruf A saja aku belum bisa...
Aku malu banyak menuntut, padahal Ayah dan Ibu hanya menuntut satu hal
Dan aku gagal...
Maafkan anakmu yang masih belum bisa mempertanggungjawabkan pilihannya...
Maafkan anakmu yang masih ragu untuk melangkah sehingga tidak menghargai waktu-waktunya...
Maafkan anakmu ini...maafkan anakmu yang menangis di akhir semester ini...
Tapi Ayah, Ibu... Dengan izinNya... aku akan meciptakan senyum bahagia di bibirmu...
Di semester yang kujelang ini... amin...
Terima kasih selalu memberiku restu dalam langkah-langkahku...
Terima kasih selalu mengizinkanku mengikuti keinginanku...
Terima kasih selalu memahami dan tidak menuntut banyak hal padaku...
Mungkin aku bukan contoh yang baik untuk adik-adik...
Namun aku selalu berusaha menjadi kakak yang baik untuk mereka...


“Berilah aku kepercayaan dan kesempatan lagi, dan aku akan memulai semuanya lagi. Aku akan mengembalikan senyummu yang sudah kupudarkan. Aku akan melukisnya lagi. Aku akan berjuang melawan egoku demi apa yang kalian harapkan.”