Minggu, 14 Desember 2014

It Must Be The End of "Us" Story

Detik rasanya bergulir cepat ya. Dulu ketika awal aku membuat blog ini, 2011. Saat itu aku datang dengan kisah indah persahabatanku dengannya yang akhirnya membuat aku jatuh hati. Empat tahun yang kujalani dengannya sebagai sahabat sangat menyenangkan dan melelahkan. Dia yang sangat mengerti segalanya tentangku, yang datang dengan segala kelemahan dan kelebihannya, namun tidak dengan cintanya yang salah kuartikan. Aku sama seperti dia yang bertahan dengan satu nama selama 4 tahun ini, dia memendam nama teman lain, dan aku memendam namanya. Dia selalu menceritakan apapun kemajuan ataupun kendala dan segalanya tentang dia dan nama itu kepadaku. Setiap ia bercerita, aku tahu pasti hatiku tidak pernah sekalipun baik-baik saja. Hanya aku berusaha tampak baik dengan itu. Entah dia memahami atau tidak, yang kutahu hanya aku selalu berusaha mencari obat ketika ada luka baru setiap ia bercerita. Terus begitu. Pernah suatu ketika akhirnya aku memutuskan untuk berhenti dengan apapun tentang dia dan kita. Dia cukup beruntung memiliki orang untuk selalu ada ketika ia membutuhkan, rela mengorbankan lelah untuk selalu ada kapanpun. Meski kadang orang itu juga ingin demikian darinya. Ya itu aku. Aku yang terlalu bodoh untuk tidak pernah berkata tidak. Namun dia selalu berkata tidak di setiap moment berhargaku. Dia yang berjanji sendiri dan mengingkarinya sendiri. Saat itulah aku memilih untuk berhenti dan tidak peduli lagi. Namun lagi-lagi dia datang, selalu. Ya karena kita "teman". Dan akhirnya aku masih goyah dengan prinsipku. Aku kembali memintanya menemaniku di saat-saat tertentu. Bodohnya aku, padahal aku tahu aku belum sembuh benar dengan lukaku. Akhirnya dia datang lagi dengan cerita-ceritanya dengan orang yang sama seperti yang lalu. Dan kini, dia telah menyatakan perasaannya. Dan yang aku sadari adalah ternyata aku masih sakit. Karena mengetahui perasaan itu kadang tidak adil. Mungkin dia menemukan aku yang selalu mau berbagi waktu, moment, segalanya dengannya tanpa ia harus meminta. Dia menemukan aku yang mau berada di sampingnya di segala keadaan tanpa satupun yang ia tutupi. Tapi hanya sebatas itu, karena dia tetap dia yang jatuh cinta dengan nama yang digenggamnya selama 4 tahun ini. Seperti aku yang ternyata tetap sakit setelah mengetahui ini semua. Semoga pilihannya yang terbaik, karena sejujurnya aku hanya takut apa nama itu benar-benar telah mengenalnya dan begitu pula dengannya, apa dia benar-benar telah mengenal nama itu. Itu saja. Dan mulai kini aku janji dengan diriku sendiri, aku harus membuang namanya, karena terlalu lama aku menutup hati untuk nama-nama yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar